Muhamad Fariz Ramadhan
16520409 - Sistem dan Teknologi Informasi 2020
Kel. 110
Meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia tentu menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Jumlah kasus baru dan kematian akibat pandemi ini sudah lebih dari setahun tanpa harapan. Adanya program vaksinasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh mentalitas orang-orang yang keras, egois, dan masih belum percaya terhadap corona ini, termasuk di lingkungan tempat saya tinggal. Ada juga beberapa yang sudah percaya bahwa COVID19 adalah fakta, tetapi tidak dibarengi dengan tindakan pencegahan dan pengobatan yang aplikatif. Masih sering bermain keluar padahal tidak penting, mengadakan persekutuan, dan berolahraga tanpa masker adalah hal biasa. Ini diperparah dengan situasi gugus tugas yang memperdebatkan apakah data orang-orang kompleks yang terinfeksi akan didistribusikan ke seluruh kompleks atau dirahasiakan. Namun, mayoritas gugus tugas memutuskan untuk merahasiakan identitas komunitas kompleks yang terinfeksi. Padahal, informasi ini merupakan sumber database yang potensial untuk mencegah dan mengurangi penyebaran COVID di masyarakat, bahkan di tingkat provinsi maupun nasional.
Selain hal-hal yang berkaitan dengan agama, ada adat-istiadat yang mempererat rasa kekeluargaan antar anggota kompleks. Misalnya, setiap Jumat malam, banyak orang berkumpul di kompleks sport center untuk sekadar ngobrol, minum kopi, membuat mie instan, dan bermain bola. Tak jarang komunitas yang kompleks berolahraga bersama. Seperti bersepeda bersama setiap akhir pekan, bulu tangkis setiap Jumat malam, dan sebagainya. Namun budaya ini telah bergeser dengan adanya pandemi COVID19, kebersamaan yang semula diadakan di sport center kini bergeser menjadi arisan online seperti Zoom. Untuk olahraga, sebagian orang tetap melakukannya secara bersama-sama tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Budaya unik ini tentunya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk bersekutu dengan anggota kompleks lainnya. Banyak orang menyadari bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa orang lain, dan tetanggalah yang akan membantu jika ada masalah. Dari latar belakang tersebut, ada nilai-nilai moral yang bisa dipelajari, seperti kebersamaan, kebhinekaan, kekeluargaan, dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada di masyarakat saya yang kompleks tentunya memiliki posisi 3T seperti budaya lainnya. Dilihat dari tatanan dalam masyarakat, kebudayaan ini mencakup struktur kehidupan seluruh masyarakat yang kompleks karena dilaksanakan dan dirasakan oleh seluruh warga negara. Hal-hal yang termasuk dalam pembinaan budaya ini adalah gagasan untuk tetap sehat, berusaha menjalani kehidupan yang ideal sebagai makhluk sosial, dan keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan sesama penghuni kompleks. Harapannya, budaya ini dapat tetap menjadi hal yang positif di lingkungan kompleks, dan dapat dijadikan “tontonan” baik bagi penghuni internal kompleks maupun eksternal kompleks.
#Mengbudaya
#KATITB2021
Komentar
Posting Komentar